Mitos ialah sebuah cerita yang Memberikan pedoman dan arah
tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat dituturkan, tetapi juga
dapat diungkapkan lewat tari-tarian atau pementasan wayang misalnya.
Mitos itu memberikan arah kepada kelakuan manusia, dan
merupakan semacam pedoman untuk kebijaksanaan manusia. Lewat mitos itu manusia
dapat turut serta mengambil bagian dalam kejadian-kejadian sekitarnya, dapat
menanggapi daya daya kekuatan alam. Turut ambil bagian dinamakan partisipasi.
Fungsi pertama mitos ialah menyadarkan manusia bahwa ada
kekuatan kekuatan ajaib. Mitos itu tidak memberikan bahan informasi mengenai
kekuatan kekuatan itu, tetapi membantu manusia agar dia dapat menghayati
daya-daya itu sebagai suatu kekuatan yang mempengaruhi dan menguasai alam dan
kehidupan sukunya.
Contohnya sebuah tombak dihormati karena ada kekuatan. Kekuatan
inilah yang membuat tombak itu istimewa. Kekuatan itu berasal dari alam sakral.
Dengan memanfaatkan kekuatan dari alam sakral, manusia mengambil bagian dari kehidupan
dunia yang sangat luas.
Fungsi kedua dari mitos bertalian erat dengan fungsinya yang
pertama: mitos memberi jaminan bagi masa kini.
Misalnya di beberapa daerah di Indonesia, pada musim sawah
sawah ditanami, dinyanyikan, siang dan malam, cerita cerita yang bertalian
dengan tema kesuburan. Ini tidak dilakukan untuk mempersingkat waktu, melainkan
untuk menjamin kesuburan bibit dengan menceritakan mitos-mitos itu.
Cerita Serupa itu seolah-olah memintakan kembali atau
menghadirkan kembali suatu peristiwa yang dulu pernah terjadi; Dengan demikian
tidak akan keberhasilan usaha serupa dewasa ini.
Jadi maksud dari pernyataan diatas adalah manusia akan lebih
mantap hatinya ketika melakukan hal-hal yang sama dengan orang-orang
sebelumnya. Terutama yang berkaitan dengan kehidupan manusia itu sendiri. Jika
dilihat dari sudut pandang kelestarian kebudayaan, ini merupakan upaya atau
strategi untuk melestarikan budaya yang dimiliki masyarakat.
sumber:
Prof. Dr. C.A. van Peursen. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. 1988. Halaman 37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar