Daftar saya

Sabtu, 01 Februari 2020

"Out of Date??" (Bekal untuk sebuah perjalanan...)


Tulisan berikut bukan bermaksud memperuncing perbedaan yang ada dalam masyarakat. Namun, hanya sebagai salah satu pengingat bagi saya dan kita semua akan tanggung jawab kepada anak-anak kita. Bukankah anak kita ada, karena ada kita sebelumnya.

ANAK BISA KARENA ORANG TUA MENGAJARINYA

Hari ini saya sangat terkejut dengan rajukan Si Kecil, yang tahun ini menginjak lima tahun. Rengekan itu mungkin untuk sebagian orang adalah sesuatu yang sederhana, namun bagi saya adalah sebaliknya. Bahkan, jika boleh agak ekstrim, itu sangat BERBAHAYA!!

Keresahan ini diawali ketika kami sedang asyik bermain-main dengan play-doh  yang sudah usang. Si Kecil ingin dibantu membuat jembatan, setelah membentuk sedemikian rupa, tahu-tahu Si Kecil melihat gambar kue beserta lilin diatasnya. Sejurus kemudian Si Kecil meminta dibuatkan seperti gambar yang dilihatnya. Sampai disini saya agak ragu untuk memenuhinya, namun saya masih mencoba “berdamai” dengan situasi saat itu. Akhirnya saya hanya membuat tumpukan-tumupukan play-doh yang saya bentuk seperti kue yang ada pada gambar. Tanpa ada apa-apa diatasnya.

Tak disangka-sangka, dengan nada protes,  Si Kecil bertanya kok tidak ada lilinnya?.

Kemudian saya “mengulur waktu” sambil mengajukan beberapa pertanyaan.
A: Apa itu, dik?
K: Lilin.
A: Mang harus ada lilinnya?
K: iyalah…
A: Mang kenapa harus ada lilin?
K: inikan kue ulang tahun. Makanya harus ada lilinnya. Ntar ditiup…
A: lho… Adik tahu dari mana kayak gitu?
K: Dari Bu Guru.
A: @#$%^&*())_+_(*&^^%$$#@@!!@##$%^&*()

Sampai pernyataan ini rasanya “mak jleb”.

Apanya yang mak jleb? Bukankah itu adalah hal yang biasa?

Saya hanya bisa berkata…. Saya kasihan sama anak saya…. (bukan bangga karenanya…)

Ada ketidaksinkronan diantara kedua lembaga yang ditemui si anak.
----

Sekolah sebagai lembaga yang ditunjuk (pemerintah dan orang tua) sebagai benteng sekaligus hal-hal yang mendasar untuk diberikan kepada para peserta didiknya.

Guru (sekolah) adalah sosok yang sangat berperan didalamnya.  Guru sebagai filter utama dalam memberikan berbagai pengertian tentang berbagai hal yang ada dalam kehidupan keseharian seseorang.
Maka hendaknya seorang guru harus dapat menghadapi “kenyataan” secara bijak. Semua yang dihadirkan untuk para peserta didik, harus mampu disaring dan diprediksi seperti apa kelak dikemudian hari.

Sebagai sarana penyaring dan prediksi, secara formalnya, yaitu visi dan misi lembaga yang bersangkutan. Kemudian, semua program yang telah ditetapkan pada setiap awal tahun pelajaran. Dengan kontrol pada setiap pelaksanaan kegiatan sehari-harinya.

Kedua hal tersebut tentunya dijadikan para guru sebagai pegangan dalam menentukan berbagai  kegiatan yang diberikan kepada peserta didiknya. Jika ada “rengekan” dari orangtua peserta didik yang menginginkan “tambahan”, tentunya para dewan guru dapat menyikapinya dengan sebaik-baiknya. Misal, menyampaikan secara langsung bahwa usulan tersebut tidak sesuai dengan visi dan misi sekolah kami. Atau menampung terlebih dahulu usulan tersebut yang kemudian akan disampaikan pada forum rapat bulanan. Dan sebagainya…

Jangan hanya berpedoman agar saya (lembaga) tidak dikatakan “ketinggalan zaman….” (jika hal ini dijadikan rujukan, merupakan hal terburuk bagi lembaga dan generasi penerus)

JANGAN TAKUT ANAK KITA TAK KENAL DUNIA
TETAPI TAKUTLAH KETIKA ANAK KITA TAK KENAL TUHANNYA

Melihat kemajuan teknologi yang tidak bisa dibendung, kita (guru dan orang tua) sebaiknya tidak perlu risau akan keberlangsungan anak kita dalam mengenal dunia. Sebagai manusia yang mempunyai pikiran dan insting untuk berbuat sesuatu, tentunya mereka akan dapat mengikuti perkembangan zaman.

Yang paling penting untuk menyikapi zaman adalah perbekalan bagi “Si Petualang”. Kita umpamakan diri kita ketika akan melakukan perjalanan, pastinya kita akan mempersiapkan perbekalan jauh-jauh hari. Mulai dari perbekalan hari, perbekalan pakaian, perbekalan makanan dan minuman, perbekalan peralatan, bahkan sampai perbekalan uang saku.

Melihat perumpamakan tersebut, bukankah kita harus mempersiapkan semua hal yang mungkin akan ditemui dalam perjalanan kelak. Terlepas semua peralatan tersebut akan digunakan ataukah tidak. Semua perbekalan adalah tentang prediksi.

Jika prediksi itu adalah berupa hal yang tidak urgen, maka tidak harus dibawa sedari awal. Begitu pula sebaliknya. Misal, kita akan melakukan perjalanan ke hutan. Angan (prediksi) kita dalam perjalanan itu kita pasti akan merasa kepanasan dan berkeringat, tentunya kita tidak akan membawa kipas angin atau kipas manual bukan?? Tentunya kita akan lebih mementingkan membawa makanan, tenda, tas, daripada harus repot membawa kipas.

Demikian sekadar sudut pandangan dari saya. Mohon maaf jika ada perkataan atau kalimat yang menyinggung para pembaca, bukan maksud saya demikian.

Selamat meneruskan aktivitas dan selalu berkarya untuk anak bangsa…
Jangan lupa berdoa selalu ingat kepada-Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlatih Berbahasa#2

Paragraf argumentasi adalah sebuah tulisan atau paragraph yang berisi mengenai alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendiria...