Tulisan berikut bukan bermaksud
memperuncing perbedaan yang ada dalam masyarakat. Namun, hanya sebagai salah
satu pengingat bagi saya dan kita semua akan tanggung jawab kepada anak-anak
kita. Bukankah anak kita ada, karena ada kita sebelumnya.
ANAK BISA KARENA ORANG TUA MENGAJARINYA
Hari ini saya sangat terkejut dengan rajukan Si Kecil, yang
tahun ini menginjak lima tahun. Rengekan itu mungkin untuk sebagian orang
adalah sesuatu yang sederhana, namun bagi saya adalah sebaliknya. Bahkan, jika
boleh agak ekstrim, itu sangat BERBAHAYA!!
Keresahan ini diawali ketika kami sedang asyik bermain-main
dengan play-doh yang sudah usang. Si Kecil ingin dibantu
membuat jembatan, setelah membentuk sedemikian rupa, tahu-tahu Si Kecil melihat
gambar kue beserta lilin diatasnya. Sejurus kemudian Si Kecil meminta dibuatkan
seperti gambar yang dilihatnya. Sampai disini saya agak ragu untuk memenuhinya,
namun saya masih mencoba “berdamai” dengan situasi saat itu. Akhirnya saya
hanya membuat tumpukan-tumupukan play-doh
yang saya bentuk seperti kue yang ada pada gambar. Tanpa ada apa-apa
diatasnya.
Tak disangka-sangka, dengan nada protes, Si Kecil bertanya kok tidak ada lilinnya?.
Kemudian saya “mengulur waktu” sambil mengajukan beberapa
pertanyaan.
A: Apa itu, dik?
K: Lilin.
A: Mang harus ada lilinnya?
K: iyalah…
A: Mang kenapa harus ada lilin?
K: inikan kue ulang tahun.
Makanya harus ada lilinnya. Ntar ditiup…
A: lho… Adik tahu dari mana kayak
gitu?
K: Dari Bu Guru.
A:
@#$%^&*())_+_(*&^^%$$#@@!!@##$%^&*()
Sampai pernyataan ini rasanya “mak jleb”.
Apanya yang mak jleb? Bukankah itu adalah hal yang biasa?
Saya hanya bisa berkata…. Saya kasihan sama anak saya…. (bukan
bangga karenanya…)
Ada ketidaksinkronan diantara kedua lembaga yang ditemui si
anak.
----
Sekolah sebagai lembaga yang ditunjuk (pemerintah dan orang
tua) sebagai benteng sekaligus hal-hal yang mendasar untuk diberikan kepada
para peserta didiknya.
Guru (sekolah) adalah sosok yang sangat berperan
didalamnya. Guru sebagai filter utama
dalam memberikan berbagai pengertian tentang berbagai hal yang ada dalam
kehidupan keseharian seseorang.
Maka hendaknya seorang guru harus dapat menghadapi
“kenyataan” secara bijak. Semua yang dihadirkan untuk para peserta didik, harus
mampu disaring dan diprediksi seperti apa kelak dikemudian hari.
Sebagai sarana penyaring dan prediksi, secara formalnya,
yaitu visi dan misi lembaga yang bersangkutan. Kemudian, semua program yang
telah ditetapkan pada setiap awal tahun pelajaran. Dengan kontrol pada setiap
pelaksanaan kegiatan sehari-harinya.
Kedua hal tersebut tentunya dijadikan para guru sebagai
pegangan dalam menentukan berbagai
kegiatan yang diberikan kepada peserta didiknya. Jika ada “rengekan”
dari orangtua peserta didik yang menginginkan “tambahan”, tentunya para dewan
guru dapat menyikapinya dengan sebaik-baiknya. Misal, menyampaikan secara
langsung bahwa usulan tersebut tidak sesuai dengan visi dan misi sekolah kami.
Atau menampung terlebih dahulu usulan tersebut yang kemudian akan disampaikan
pada forum rapat bulanan. Dan sebagainya…
Jangan hanya berpedoman agar saya (lembaga) tidak dikatakan
“ketinggalan zaman….” (jika hal ini dijadikan rujukan, merupakan hal terburuk
bagi lembaga dan generasi penerus)
JANGAN TAKUT ANAK KITA TAK KENAL DUNIA
TETAPI TAKUTLAH KETIKA ANAK KITA TAK KENAL TUHANNYA
Melihat kemajuan teknologi yang tidak bisa dibendung, kita
(guru dan orang tua) sebaiknya tidak perlu risau akan keberlangsungan anak kita
dalam mengenal dunia. Sebagai manusia yang mempunyai pikiran dan insting untuk
berbuat sesuatu, tentunya mereka akan dapat mengikuti perkembangan zaman.
Yang paling penting untuk
menyikapi zaman adalah perbekalan bagi “Si Petualang”. Kita umpamakan diri kita
ketika akan melakukan perjalanan, pastinya kita akan mempersiapkan perbekalan
jauh-jauh hari. Mulai dari perbekalan hari, perbekalan pakaian, perbekalan
makanan dan minuman, perbekalan peralatan, bahkan sampai perbekalan uang saku.
Melihat perumpamakan tersebut,
bukankah kita harus mempersiapkan semua hal yang mungkin akan ditemui dalam perjalanan
kelak. Terlepas semua peralatan tersebut akan digunakan ataukah tidak. Semua
perbekalan adalah tentang prediksi.
Jika prediksi itu adalah berupa
hal yang tidak urgen, maka tidak
harus dibawa sedari awal. Begitu pula sebaliknya. Misal, kita akan melakukan
perjalanan ke hutan. Angan (prediksi) kita dalam perjalanan itu kita pasti akan
merasa kepanasan dan berkeringat, tentunya kita tidak akan membawa kipas angin
atau kipas manual bukan?? Tentunya kita akan lebih mementingkan membawa
makanan, tenda, tas, daripada harus repot membawa kipas.
Demikian sekadar sudut pandangan
dari saya. Mohon maaf jika ada perkataan atau kalimat yang menyinggung para
pembaca, bukan maksud saya demikian.
Selamat meneruskan aktivitas dan
selalu berkarya untuk anak bangsa…
Jangan lupa berdoa selalu ingat kepada-Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar