Daftar saya

Senin, 17 Februari 2025

Mengidentifikasi Gejala Konsumerisme dan Hedonisme di Lingkungan Sekitar

Dok. Pribadi: Data hasil observasi yang dilakukan siswa


Konsumerisme dan hedonisme. Istilah yang tidak bisa dibedakan, saling terkait. Bahkan seperti anak kembar. Tumpang tindih. 
Konsumerisme, merupakan hasrat untuk membeli yang cenderung memenuhi rasa puas atau untuk menaikkan status individi yang bersangkutan. 
Hedonisme, pandangan yang berkaitan dengan kesenangan. Dimana untuk mencapai kesenangan ini, tanpa berpikir panjang bahkan tanpa perhitungan.
Kali ini akan ditampilkan ringkasan data dari hasil pengamatan, pengalaman, dan tanya jawab dari siswa kepada siswa lain. 
Ini bertujuan memberikan sedikit pengalaman kepada para siswa terkait pengambilan data di lapangan. Meskipun pada kenyataannya, cara yang dilakukan saat ini masih jauh dari pengalaman sebenarnya, ketika data itu diambil secara nyata di lapangan.
Dari data yang sudah dikumpulkan, dapat ditarik ringkasan seperti ini. Bahwa konsumerisme dan hedonisme, dilakukan oleh siswa melalui media sosial, antara lain, tiktok, instagram, Shopee. Selain itu, dengan memanfaatkan aplikasi online berupa game. Misal, mobile legends dan free fire.
Para pengguna, menggunakan berbagai aplikasi tersebut rata-rata untuk belanja. Terutama, untuk menarik lawan jenis, dan agar dikatakan up-to-date. Biar tidak jadul. 
Dari segi biaya, tentunya bukan barang yang murah didapat. Mereka (para pengguna) ada yang menghabiskan badget hingga jutaan rupiah. Hal ini sangat disayangkan, sebab uang yang mereka gunakan bukanlah hasil jerih payah sendiri, melainkan dari pihak orang tua. 
Dari segi waktu, rata rata mereka memerlukan waktu tiga sampai 5 jam perhari.

Pertanyaan yang timbul kemudian, apakah benar durasi penggunaan medsos sehari adalah seperti itu?

Menurut data yang dikumpulkan, terdapat berbagai dampak yang bisa ditimbulka dari penggunaan media online antara lain.
Merasa tertekan. Sebab yang bersangkutan ingin dikatakan up-to-date. Cool. 
Waktu belajar yang semakin berkurang. Bahkan tidak belajar. 
Sosialisasi, dengan lingkungan sekitar pun terganggu. Mereka enggan untuk ngobrol dengan tetangga yang notabene tidak "selevel".
Boros. Kesulitan menyisihkan uang untuk menabung. 

Terlepas dari itu semua, maka kita memang perlu bijak dalam menyikapi segala sesuatu di dunia yang semakin canggih dan cepat ini.
Dengan keyakinan dan pertimbangan untuk masa depan serta mengobrol dengan orang disekitar kita (terutama pasa orang tua, orang yang dituakan, kerabat), maka kita akan bisa menentukan tindakan apa yang perlu kita pilih dan jalankan. 
Okay... Selamat berpetualang di dunia maya dan dunia nyata. Semoga tetap dijalan dan jalur yang terbaik menurut versi yang punya hidup. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lampu bagian belakang Suzuki Carreta 1000

Lampu merupakan bagian penting pada sebuah kendaraan. Sebab, dengan adanya lampu dapat memberikan signal bagi pengendara lain bahwa kita aka...