Daftar saya

Jumat, 04 September 2020

Swafoto Sebagai Upaya Mendekatkan Sekolah Ditengah Pandemi

Siti Nurjanah

Siti Nurjanah bersama keluarga
Siswi Kelas XI IPS 2 SMAN 2 Rembang

NB: foto ini telah mendapatkan izin dari yang bersangkutan

Sudah sekitar dua bulan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilaksanakan. Beberapa kendala ditemui baik siswa maupun pendidik. Dari hasil “tanya-tanya” kepada beberapa siswa, sebenarnya mereka sangat merindukan suasana sekolah. Mulai dari suasana berangkat ke sekolah, dalam perjalanan, dan sewaktu dilingkungan sekolah.

Banyak kenangan yang ingin diciptakan, demikian mungkin kalimat yang ingin mereka ungkapkan. Seorang siswa mengatakan “kata orang, ‘masa SMA adalah masa yang paling indah dan menyenangkan’. Buktinya kami tidak demikian”.  Dan beberapa yang lain malah dengan nada nge-gass dalam mengungkapkan uneg-unegnya.

Diantara mereka menganggap pandemi ini sebagai sesuatu yang mengganggu, bahkan sebagai perusak acara yang telah dirancang sebelumnya. Namun, tidak sedikit pula yang mengambil sisi positif adanya pandemi ini.

Berikut suka duka kami dalam melakukan daring. Adanya pandemi, mengharuskan kami untuk belajar dari jarak jauh. Bahkan lintas kecamatan. Belajar dari rumah.

Karena namanya proses belajar, maka diharapkan dalam melakukan proses tersebut ada interaksi antar anggota kelas. Suasana harus diciptakan seperti di dalam kelas sungguhan, dengan ada saling sahut antar siswa. Biar tidak monoton dan spaneng maka harus diselingi dengan sedikit guyonan.

Selain itu mengenai target yang ingin dicapai untuk setiap materi pun hendaknya tidak seideal sebelum pandemi. Harus lebih luwes. Tidak ngoyo dan ngoyak materi. Yang penting para siswa “nyaman” dulu. Sebab, beban mereka sudah cukup banyak mulai dari tugas dari guru, membantu orang tua, irit kuota, dan jaga kesehatan.

Hal ini sangat berbeda ketika mereka ada di kelas nyata. Dari mereka bangun sampai bangun lagi, hanya sekolah yang dipikirkan. Sebab, program sekolah mengharuskan mereka untuk bertahan sampai sore. Ketika sampai rumah, hanya bisa rebahan dan menyelesaikan tugas dari Bapak dan Ibu guru.

Ketika kegiatan PJJ dilaksanakan jangan lupa untuk mengikutsertakan peran orang tua dalam setiap kegiatan siswa. Hal ini perlu dilakukan, sebab siswa berada dilingkungan orang-orang yang selama ini tidak tahu-menahu perihal pendidikan di sekolah. Baik dalam hal mengajar maupun mendidik siswa.

Kenyataannya, masih ada orang tua yang malah marah ketika putra putri mereka seharian memegang handphone. Jika si anak mencoba memberi pengertian, orang tua tidak mempercayainya. Ini menambah beban bagi siswa. Mungkin kita berdalih, bukankah sudah banyak media menghadirkan informasi tentang PJJ? Bukankah dari pihak sekolah sudah melayangkan surat berkaitan dengan PJJ?

Dari peristiwa tersebut, dapat dilihat bahwa apa yang dilakukan media dan sekolah belum cukup. Masih perlu strategi tambahan untuk menyampaikan pesan kepada orang tua, terutama yang tidak begitu memperhatikan masalah sekolah.

Kemudian, bagaimana strategi para pendidik untuk menyuarakan PJJ? Jawabnya, yaitu dengan mendekatkan sekolah kepada orangtua. Misal, dengan berkunjung ke rumah orangtua siswa. Berbicara dengan orangtua/ wali siswa. Atau dengan dengan cara lain yaitu memberi tugas kepada siswa, menuliskan kegiatan mereka ditambah dengan membubuhkan foto bersama dengan orangtua dan saudara di rumah.

Jika ini dilakukan maka, para orangtua akan mengerti kegiatan belajar apa yang sedang dilakukan oleh putra putri mereka. Orangtua tidak akan serta merta memarahi putra putri mereka jika sedang memegang handphone dan sejenisnya. Akhirnya diharapkan bagi semua pihak menyadari akan posisi masing-masing, tanpa mencari kesalahan bahkan memvonis apa yang sedang dilakukan.

Semoga bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlatih Berbahasa#2

Paragraf argumentasi adalah sebuah tulisan atau paragraph yang berisi mengenai alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendiria...