Akhirnya waktu yang ditunggu datang juga. Setelah sebulan penuh menahan lapar, dahaga, dan nafsu, yang tentunya tak bisa dibilang sederhana. Banyak cobaan yang harus aku hadapi. Berat memang, tapi indah ketika di titik akhir. Itulah yang kurasakan saat ini.
Setelah melaksanakan shalat Ied, kami sekeluarga bersalam-salaman, saling meminta maaf dan memaafkan. Dan dilanjutkan dengan makan bersama. Itulah tradisi di keluargaku. Tradisi ini sudah berjalan turun temurun, entah siapa yang memulai. Tapi kata ayahku sudah lama berjalan.
Yang membuat makin bersemangat menyambut hari spesial ini yaitu ketika kakek, dan nenek, serta 'kerabat senior' membagi-bagi uang kepada kami. Kami sebut "fitrah". Semangat kami membuncah ketika lembaran uang itu terdiri dari uang yang fresh from the oven, ditambah lagi uang yang kami terima merupakan uang keluaran terbaru.
Pundi-pundi rupiah di hari raya ini sangat melimpah. Bahkan jumlah uang yang aku punya tak seperti hari-hari biasa. Namun, pundi-pundi rupiahku lebih sedikit dibanding jumlah uang adikku. Terang saja, adikku sangat lihai dalam mencari uang. Adikku tahu sifat Pak Dhe yang pertama yaitu orangnya sangat royal.
Tiap Pak Dhe datang, maka adikku berubah menjadi mode sang penolong. Apapun yang dilakukan Pak Dhe maka adikku akan membantu. Apapun yang diminta Pak Dhe adikku dengan riang gembira melakukannya. Ada udang di balik bakwan, mungkin itu yang cocok untuk apa yang dilakukan adikku.
Sekira pukul 21.00 aku dan adikku harus segera istirahat. Sebab esok hari harus berkunjung ke saudara yang lain di luar daerah. Sembari bersantai, aku dan adikku mencoba menghitung jumlah pendapatan kami selama seharian ini. Walhasil, jumlah uang adikku ada Rp. 150.000, 00 sedang aku hanya dapat Rp. 50.000,00. Dan adikku sangat gembira melihat itu. Dia bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Nasib nasib…
Sesuai agenda yang sudah direncanakan jauh-jauh hari, pada hari kedua ini kami berkunjung ke saudara di luar kota. Ngawi, tepatnya. Kami berangkat ke sana dengan menggunakan dua buah mobil. Mobil pertama berisikan tujuh orang dan mobil kedua enam orang.
Perjalanan kami mulai pukul 07.30 perasaan kami sangat gembira, senyum dan tawa menghiasi perjalanan kami. Sampai di kabupaten sebelah, tepatnya ketika sampai di lampu merah, aku lihat ada sekitar delapan pemuda dengan menggunakan empat motor sedang asik memekakan telinga orang yang ada disekitarnya. Kami yang di dalam mobil sampai menutup telinga, apalagi orang yang ada diluar sana. Sungguh tak berperasaan, gerutu kami.
Sampai di tempat tujuan sekitar pukul 13.00. Setelah mobil berhenti, kami langsung berhamburan ke rumah saudara tanpa mempedulikan penumpang yang lain. Aku dan adikku langsung menyerbu nenek dan kakek serta kakak sepupu kami yang sudah menunggu di depan kediaman mereka. Kami langsung mencium tangan kakek dan nenek serta saudara yang lain. Tanpa malu-malu kami langsung ke kulkas untuk menguras apa yang ada didalamnya. Tanpa sisa.
Itulah ceritaku untuk sesi ini. Bagaimana ceritamu? Berbagi yuk!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar