Daftar saya

Minggu, 01 Desember 2019

Ereng-Ereng

Dokumen Pribadi: Penjual Ereng-ereng

Sumber. Apa itu ereng-ereng? Mungkin itu yang ada dibenak Anda. Pun demikian dengan saya, tak familiar dengan nama itu.

Selidik punya selidik, ternyata ereng-ereng adalah salah satu jenis makanan, tepatnya camilan. 

Entah dimulai kapan nama itu begitu populer dilingkungan sini. Bahkan, ada salah seorang warga yang mengaku sangat kangen dengan jenis penganan yang konon sudah ada sejak dirinya kecil.

Menurut salah seorang penjual ereng-ereng yang beralamat di Dukuh Guyangan, Desa Jatihadi, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang. Jenis penganan ini merupakan camilan yang sangat populer dizamannya. Bahkan sampai-sampai ketagihan. Mungkin karena tidak ada yang lainnya, tambahnya. 

Hal ini sangat berbeda dengan zaman sekarang, dimana sangat banyak varian makanan (berbagai jenis camilan, makanan, dan minuman) dapat ditemui dimana-mana. Bahkan sampai dipelosok pedesaan sekalipun.

Masyarakat, sekarang, sudah tidak perlu khawatir akan bahan makanan yang dapat dijadikan sebagai sekadar pengganjal perut atau bahkan pengenyang perut. Sampai-sampai, orang sekarang tidak kenal dengan berbagai jenis makanan yang zaman dahulu "digandrung" kebanyakan masyarakat. Semisal: nasi jagung, gaplek, gatot, kaerut, ganyong, dan berbagai jenis makanan yang lainnya.

Kembali ke ereng-ereng, masih bersumber pada ibu-ibu penjual yang sama, bahan dasar untuk membuat ereng-ereng adalah ketela pohon. Awalnya ketela pohon di pisahkan dari kulitnya, kemudian di buat gaplek (yaitu ketela pohon yang dikeringkan di bawah sinar matahari sampai benar-benar kering), kemudian di-selep menjadi tepung. Setelah menjadi tepung dilanjutkan membuat adonan (yang dirahasiakan resepnya) dan akhirnya dibentuk sesuai keinginan. Tahap akhir yaitu digoreng di atas panasnya minyak goreng. Dan siap dipasarkan.

Perihal rasa, jangan ditanya. Menurut salah seorang penikmat camilan ini, rasanya dari dulukala tak pernah berubah. Masih sama persis.

Dokumen Pribadi: Seorang anak kecil yang membawa ereng-ereng
Sekarang beralih ke bentuk fisik ereng-ereng. Berbicara mengenai bentuk, pun tak berubah. Masih mempertahankan bentuk bulat, dan ditengahnya diberi seperti 'jembatan' penghubung antar kedua sisinya. Diameter lingkaran ereng-ereng tersebut lebih kurang sepuluh centimeter.

Demikian pengalaman sore ini. Terimakasih untuk ibu-ibu penjual ereng-ereng yang bersedia saya foto. Semoga diberi kesehatan dan selalu semangat untuk melestarikan ereng-ereng.
Terimakasih ibu Ika yang sudi berbagi pengalaman waktu kecil. Semoga selalu diberi kesehatan dan selalu semangat mengerjakan tugas-tugas yang telah disandang.
Terimakasih pula kepada adik Syamil, yang sudi menjadi model. Semoga sehat selalu, makin bersemangat, dan raih masa depan yang gemilang.
Demikian sekelumit pengalaman saya. Semoga bisa menjadi pemicu untuk lebih berkreasi kedepannya.
Terimakasih dan semoga bermanfaat..

>>Ctr<<

2 komentar:

  1. Niku sing ageng nggih, menawi kulo remen sing alit kang werni-werni.

    Salam paseduluran saking Krikilan

    BalasHapus
  2. Mang wonten ingkang werni werni nggih? nembe mangertos eg...
    salam paseduluran ugi saking Sumber.

    BalasHapus

Berlatih Berbahasa#2

Paragraf argumentasi adalah sebuah tulisan atau paragraph yang berisi mengenai alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendiria...