Daftar saya

Jumat, 17 Juli 2020

Terimakasih Korona..

Sepeda dan Tempat Cuci Tangan
Dokumen Pribadi, 18 Juli 2020

Sampai saat ini kabar tentang pandemi yang satu ini tak kunjung surut. Bahkan malah semakin menjadi-jadi. Keadaan “damai” sempat dirasakan beberapa waktu yang lalu, sekitar bulan Juni. Yaitu dengan ditandai adanya pembukaan beberapa fasilitas publik, meskipun masih ada pro dan kontra dimasyarakat.

Keadaan “damai” ini, sebenarnya tidak serta merta tercipta. Melainkan telah melampaui beberapa tahap pengamatan di lapangan. Sejak bulan Maret masyarakat di “kurung dalam sangkar emas”. Semua elemen masyarkat dilarang keras meninggalkan peraduannya. Bahkan, di negara lain yang boleh keluar hanya aparat dan pihak-pihak yang diberikan ijin oleh pemerintah setempat. Jika masyarakat tidak mau mematuhi aturan untuk tetap di “sangkar emasnya”, maka mereka akan berhadapan dengan hukum.

Berbagai cara dilakukan seluruh manusia di muka bumi ini. Misalnya yang terjadi di belahan dunia lain, ada wacana untuk mengeluarkan para pesakitan dengan alasan di rumah tahanan akan lebih cepat penularannya dibandingkan jika mereka dirumahkan. Sejurus kemudian mereka pun berbondong-bondong pulang ke rumah masing-masing. Ini pun memunculkan masalah baru dalam masyarakat.

Dengan semakin gencarnya pemberitaan di media massa, tak ayal kondisi dalam masyarakat semakin tak terkendali. Hal ini tidak dapat dihindari. Keadaan yang semakin, tidak karuan ini ada pula yang mencoba memanfaatkannya sebagai peluang yang negatif. Memikirkan keuntungan sendiri. Meraup keuntungan disaat yang lain buntung.

Namun, tidak semua manusia berperilaku demikian. Banyak pihak pula yang mencoba meredakan keadaan, menenangkan situasi dan kondisi dalam masyarakat. Dapat diambil contoh yang dilakukan oleh para publik figure, mereka berlomba-lomba menghibur masyarakat dengan kompetensi yang dimiliki. Tujuannya hanya satu, yaitu meredakan suasana pikiran dan hati masyarakat.

Tak terkecuali pula yang dilakukan para pemuka agama. Mereka saling bahu membahu saling menguatkan iman umatnya dengan menggelontorkan kata-kata positif. Kata dan kalimat yang menyejukkan hati manusia. Kata dan kalimat yang mengingatkan manusia untuk selalu ingat, bahwa masih ada yang lebih dan paling berkuasa dari pada virus yang meraja lela.

Untuk itu, mari kita mencoba berterimakasih kepada korona ini. Ambil hikmah dan buang jauh sudut pandang negatif tentang korona ini. Bayangkan saja jika tidak ada korona. Langit tak akan nampak kebiruan, indah bukan? Alam tak akan nyaman kita rasakan, begitu sejuk dan damainya alam ini.

Pun demikian sebagai manusia, kita akan lebih peduli dengan lingkungan dan sesama. Kepedulian ini bisa dilihat, ketika tetangga ada yang terjangkit, maka sebagai tetangga malah menyuruhnya untuk tinggal di rumah. Masalah makan dan minum, dicukupi tetangga lainnya. Dan sebaliknya, ketika seseorang merasa dirinya kurang enak badan, maka dia akan mengenakan “APD” secara mandiri. Bahkan jika tidak punya APD, tetangga rela mencarikan dan mengenakan bahkan sampai gratis.

Dokumen Pribadi, 18 Juli 2020

Dalam keluarga juga bisa dilihat. Jumlah anggota keluarga satu rumah yang selama ini, sebelum ada korona, tak akan lengkap tahu-tahu setiap hari ketemu. Bahkan saling bantu untuk membersihkan rumah yang selama ini dicuekin, indah bukan. Rumahpun, akan merasa dianggap sebab ia selama ini telah capek menopang beban untuk melindungi yang empunya rumah, sekarang sedikit lega karena dianggap ada. Rumah yang selama ini nampak luas, sekarang kayaknya begitu sempit.

Maka….yuk ambil semua hal positif.

Berbaik sangka kepada “pihak” lain, adalah cara yang ampuh untuk melawan…

Jangan lupa untuk selalu sehat...

Semoga bermanfaat…

Dokumen Pribadi, 18 Juli 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlatih Berbahasa#2

Paragraf argumentasi adalah sebuah tulisan atau paragraph yang berisi mengenai alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendiria...