Esai.
Apa itu esai??
Begitu kiranya isi otakku seharian ini. Meskipun hanya empat
huruf, tapi sangatlah sulit bagiku. Paham, masih belum bisa dikatakan separuh,
alias tidak paham tepatnya. Nulis, itu suatu hal yang sangat sulit aku lakukan.
Neliti dan analisis, bak pil pahit bagi otak dan badanku. Baca, membuatku muak.
Siksaan ini berawal dari informasi temanku yang ada di sebrang
kabupaten sana. Suatu waktu ia tahu tahu mengirim pesan bergambar via WA.
Setelah aku sentuh gambar itu, ternyata sebuah gambar tentang esai gumun
menulis 1000 esai. Dan kata kata dalam gambar tersebut yang membuat menarik
bagiku adalah gratis. Seketika mataku berbinar dengan kata kata itu, soalnya saya
termasuk manusia beraliran seneng yang gratis gratis.
Selang beberapa hari, kami telpon via WA dengan mendompleng
wifi. Cukup lama kami ngobrol tentang beberapa hal yang remeh temeh, maklum
kaum gratisan. Biar dikatakan punya kuota banyak, maka ngobrol ngalor ngidul, Utara Selatan, tanpa arah. Perbincangan kami
pun sampai ke gambar yang dikirim beberapa hari sebelumnya, yaitu tentang
gratisan. Sejurus kemudian, saya menanyakan perihal gratisan tersebut. Dan tanpa
banyak pertimbangan kamipun langsung deal. Kami sepakat mendaftar.
Setelah beberapa lama berkutat dengan internet gratis,
kamipun bisa mendaftar. Ternyata perjalanan mendaftar masih belum
berakhir, kami diminta untuk bergabung di group
telegram. Dan ternyata tidak bisa. Mungkin karena faktor U (hUman error), ya sesama orang gaptek
dipertemukan di dunia maya. Kira kira begitulah hasilnya. Bisa ditebak awal dan
akhirnya, tidak paham dan tidak berhasil.
Karena tidak bisa masuk ke group telegram, kami merasa proses pendaftaran itu tidak berhasil. Dan
kami melanjutkan perbincangan kearah Barat dan Timur, setelah dari ngalor ngidul. Tak berapa lama obrolan
kami akhiri, karena ada iklan lewat, lapar.
Beberapa hari setelahnya, saya mendapat undangan masuk ke
sebuah grup WA. Saya pun heran grup apa ini, pikirku. Dengan perasaan aneh,
sayapun masuk dan ternyata grup baru itu adalah grup yang beberapa hari
sebelumnya saya medaftarkan diri.
Dan penyiksaan kami pun dimulai. Dalam grup dibagikan
informasi untuk mengikuti daring, dan kebetulan lagi listrik padam. Menurut teman yang ada disamping saya, ini bukan jadwal pemadaman bergilir. Berarti ada masalah dengan listrik,
tambahnya lagi. Dan hasilnya, daring sayapun menjadi korban.
Setelah proses daring selesai, entah apa isinya, tiba tiba
sehari kemudian saya mendapat permintaan masuk ke grup baru via WA. Ternyata, ini adalah grup kecil
yang sudah ditentukan pihak panitia. Perasaan saya pun berkecamuk, ragu. Masalahnya
adalah saya tidak pernah mengikuti acara yang telah diselenggarakan panitia sedetikpun.
Penderitaan belum
berakhir. Dalam grup kecil ini, beranggotakan sekitar empat belas ditambah tiga
panitia. Tak berapa lama, dari pihak instruktur membagikan langkah langkah
yang harus dilakukan oleh peserta. Pokoknya sangat banyak tahapannya, bagi saya
yang tidak tahu apa apa, ini sangatlah menyiksa urat saraf saya.
Sekian lama saya tertegun dengan perjalanan beberapa hari belakangan ini. Apa yang harus saya lakukan, kalau keluar boleh saja. Kalau ikutan, aku tak punya kemampuan sepereti yang diharapkan. Trus saya harus bagaimana?
Perenungankupun dimulai. Aku bolak balikan pikiran dan perasaan. Berdialog dengan hati. Akhirnya aku berjumpa dengan titik temu, saya harus berdamai dengan keanggotaanku, pencari
gratisan. Saya harus tidak menyerah untuk membuat tulisan. Entah nanti akan dibuang atau dibakar tak bersisa. Meskipun terseok seok, saya harus memahami meskipun sedikit. Meski kemampuan otakku tidak sampai, saya harus semangat. Yang pasti saya harus mendapatkan ilmu. Tapi tak tahu kapan ia
menghampiriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar