Dokumen pribadi |
Cerita yang akan tampil dalam lembaran ini adalah sebuah pengalaman kali pertamaku menjalankan ibadah puasa.
Sebenarnya, puasa itu apa aku tak
begitu mengerti. Tapi dari ibuku mengatakan bahwa puasa adalah tidak boleh
makan, tidak boleh minum, dan tidak boleh marah. Jika ketiganya menyerang, maka
aku harus menahanya. Sekuat tenaga. Jika tidak kuat, anggap saja lupa (bercanda…hehe..)
Masih dari sumber yang sama,
bahwa puasa itu boleh makan siang hari yaitu jam 12.12 (baca: 12.00). Setelah itu
dilanjut lagi sampai sedikit malam yaitu jam 06.12 (baca: 18.00).
Sebelum hari H, aku sangat
bersemangat. Hampir setiap detik (kalau tidak lebae) aku menanyakan hal yang
sama kepada orang yang sama pula. Demikian tanyaku, “ibu…besok puasa?”.
Terkadang yang ditanya akan menjawab, tak jarang pula hanya melempar senyuman
termanisnya untukku.
Mungkin rasa penasaranlah yang
mendorongku untuk selalu menanyakan hal yang sama setiap ada kesempatan
bertanya.
Hari yang dinanti pun datang
juga. Hari pertama ini aku mulai dengan makan sahur. Sebenarnya istilah ini pun
asing diotakku, yang aku tahu bangun tidur langsung ada makanan yang harus aku
dorong ke kerongkongan dan berakhir di lambung untuk dimasak.
Aku dibangunkan oleh ibu jam
03.00 untuk minum susu, makan nasi plus lauk, minum air bening. Karena sudah
diceritain dari semalem, ketika aku dibangunkan maka dengan semangat aku turun
ranjang dan langsung makan-minum. Setelah kenyang mengisi lambungku, aku
diminta ibu untuk berhenti makan dan segera minum air bening. Pesan ibu, yang
serasa hipnotis bagiku, setelah makan dan minum ini aku harus menahan rasaku
sampai jam 12.12. Dan aku harus kuat. Aku pasti bisa.
Ternyata inginku masih
menguasaiku. Selang beberapa menit, aku minum air yang ada dimeja. Sejurus kemudian,
ayahku bertanya apakah aku jadi puasa. Tanpa ragu aku pun menjawab bahwa aku jadi
puasa. Ayahku bertanya lagi, kenapa aku minum air dimeja ini. Sekali lagi aku menjawab,
bahwa hari masih malam maka masih boleh minum. Padahal suara adzan sudah
berlalu beberapa menit yang lalu… ☺
Selepas itu, aku mencoba menahan.
Tapi kejadian pagi tadi, terulang kembali. Aku makan camilan yang ada di meja. Siang
harinya, ibuku bertanya kepadaku perihal camilan yang tinggal sedikit. Dan aku
jawab,sesuai apa yang terjadi. Aku jujur.
Sekali lagi, ibuku memberikan
senyuman manisnya sembari mengecup pipiku dan berucap “anak cerdas”. Melihat respon
ibu yang demikian, aku langsung balik kanan untuk melanjutkan kegiatanku
sebelumnya. Nonton kartun sambil lompat lompat. Dan aku mendengar bahwa ia
kembali berpesan dan sekaligus menginatkan bahwa tetap harus menahan sampai jam
12.12 nanti. Tanpa ragu aku pun mengiyakannya.
Dokumen Pribadi |
Waktu yang dinantipun akhirnya
berkunjung menyapaku, aku makan. Lauk siang ini adalah menu favoritku, telur goreng plus
kecap yang dijatuhkan memenuhi sebagian besar nasi dan telur. Hmm…nikmat tiada
bandingnya. Memang masakah ibu sangat enak dilidahku.
Rasanya baru sesuap aku menikmati menu siang ini. Sesi makan pun harus berakhir, aku harus menahan makan dan minum sampai sore nanti. Senjapun menyapa, dan akupun mendapat bonus. Aku minum es cincau yang disediakan untukku. Sungguh…lupa itu nikmat kawan.
Selang beberapa menit, waktu makan tiba. Dan aku santap apa yang sudah dimasak ibuku. Sampai ludes…perutku berubah buncit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar