Daftar saya

Sabtu, 04 September 2021

Hikayat Sumatra (sasaran silat)

Irwandi berlalu, mahasiswanya menunggu di kelas. Bertahun-tahun Irwandi mengajar mata kuliah tradisional Minangkabau di Universitas Andalas dengan honor yang ala kadarnya tanpa diangkat menjadi dosen tetap. Usai mengajar, saya bertemu dia kembali, tapi, dia enggan membawa saya bertemu gurunya. Ia malah menyarankan saya untuk bertemu Dodi Mirsal, adik seperguruannya, lebih dulu.

Dodi tengah duduk di beranda rumahnya di Lubuk Lintah, di halaman rumahnya itu tersandai lapangan kecil, tempat latihan murid-muridnya. Malam Minggu ini, silih berganti muridnya menyalaminya. Mereka membersihkan sasaran*) silat, menyapu air yang menggenangi tempat latihan, dan menata langkah, gerakan kaki dengan pola yang rumit.

“Kota Padang saja, memiliki 98 perguruan, walau tidak semua aktif. Itu baru Kota Padang, belum lagi kabupaten-kabupaten,” kata Dodi sembari meniggalkan murid-muridnya yang tengah berlatih. Dodi akan membawa saya menemui seorang guru malam itu. Kami melintasi jalan-jalan sempit yang basah.

---

Syofyan Nadar adalah contoh pendekar hari ini yang tidak lagi bertani atau memancing ikan sebagaimana Kabuik yang terkenal pada masa kolonial. Syofyan hidup dari silat, benarkah?

Syofyan adalah guru dari Iko Uwais dan Yayan Ruhian. Syofyan di tahun 2018 baru saja pulang dari Belanda dan beberapa daratan Eropa untuk mengajar silat. Pesilat tangguh dengan 1315 follower di Instagramnya ini angkat bicara.

---

Saya meninggalkan Syofyan dan berangkat ke perkampungan di sebuah kanagarian Balai Gurah di IV Angkek, Agam. Firman Nauli tengah duduk bersila di serambi rumah panggung milik keluarga istrinya –sebagaimana jutaan masyarakat matrilineal Minangkabau di mana laki-laki mesti tinggal di rumah istrinya. Istri dan mertuanya tengah menyulam dekat jendela rumah panggung yang tua. Dingin mencegam Agam, salah satu negeri yang menjadi pusat kebudayaan Minagkabau, negeri dengan lambang harimau pada panji-panjinya.

Ia memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya yang rusak, tulang kering yang bengkok, rasa nyeri di rusuk yang terus menderanya hingga sekarang. Latihan silat, seperti yang diceritakan Firman, selalu diwarnai gemertak tulang, rasa sakit yang tak terperikan, darah yang mengucur. Dan sekarang, untuk membiayai kuliah ananya, pelatih (ia tidak mau disebut guru) silat Satria Muda Indonesia itu mesti menyambi menerima upah jahitan baju tiap malam.

*) = perguruan (silat)

Sumber: Fatris MS. 2021. Hikayat Sumatra. Yogyakarta: Buku Mojok. Hal: 19, 27, 28, 31, 32 (dengan beberapa editan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlatih Berbahasa#2

Paragraf argumentasi adalah sebuah tulisan atau paragraph yang berisi mengenai alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendiria...