Daftar saya

Selasa, 02 Februari 2021

Bumi Manusia

 

Dokumen pribadi

Buku ini saya beli dari salah satu “toko online” si Orange Shop, begitu aku menjulukinya. Adalah hal yang tidak sengaja membeli buku ini, entah bagaimana ceritanya, yang pasti buku ini sudah ada di tanganku saat ini.

Saya memberlinya sekitar tanggal 25 dan sampai ditujuan tangga 27 Januari 2021.  Alasan yang paling kuat kenapa membeli buku ini adalah karena aku lagi pengen punya buku. Dan alasan yang paling kuat berikutnya adalah karena dapat ongkir gratis, sayang kalau tidak dimanfaatkan, begitu pikirku.

Setelah buku itu sampai dan tentunya aku baca sedikit, pada halaman pembukanya, ada kalimat yang menyentil rasa penasaranku untuk membaca lebih jauh, ceritanya dibuatnya penasaran sama sang pencetus ide. 

Paragraf itu berbunyi demikian...

Setelah saya baca, ternyata ceritanya sangat nyesek. Penuh emosi. Jengkel, bangga, geram, penasaran dengan sosok nyata dari para pemain. Pokoknya campur aduk. Keren pokoke,,,

Buku yang sangat keren.., itu sudut pandangku terhadapnya.
Dalam buku ini, pencipta menampilkan banyaknya referensi yang dimilikinya. Ya, mungkin memang harus begitu seorang penulis. 
Meskipun banyak istilah yang tidak begitu saya pahami, mungkin karena pautan antara penulis dengan saya yang sangat jauh. Beda zaman, beda istilah, beda pemahaman. Tapi secara keseluruah memanga sangat bagus. Belum pernah saya baca yang demikian, sebab tidak banyak buku yang saya baca sebelumnya ☺

Sampai sekarang saya sangat kagum dengan para pengarang, perihal pemunculan kata, kalimat, atau bahkan paragraf yang membuat orang lain, terutama diri ini, untuk membaca lebih lagi. Membuat penasaran, begitulah kiranya.

Buku ini menampilkan pula stratifikasi sosial yang tercipta pada zamannya, yaitu antara orang pribumi dengan orang kulit putih. Meskipun menampilkan adanya dua stratifikasi sosial dalam karyanya, ternyata sang pencipta tak lupa dengan stratifikasi yang dibawa oleh satu kelompok masyrakat lainnya. Meskipun, hanya, sekadar selingan belaka. 

Adalah penerapan diferensiasi sosial yang salah, sehingga tercipta serta penerapan stratidikasi sosial yang salah dalam masyarakat. Mungkin adalah efek dari anggapan yang digelontorkan masyarakat kulit putih dan dilegalkan ilmu pengetahuan pada saat itu. Nampaknya, anggapan yang dibawa oleh A. de Gobineau memberikan efek yang sangat hebat dikalangan seluruh bangsa yang berdiam di muka bumi ini. 

Halaman-halaman dalam buku ini, menampilkan berbagai upaya yang dilakukan oleh kelompok kelompok masyarakat yang mencoba berjuang menyangkal penerapan diferensiasi sosial yang salah ini. Dengan berbagai daya dan upaya mereka tempuh untuk menyadarkan satu golongan yang menerapkan stratifkasi yang salah ini. Meskipun pada akhirnya upaya itu gagal, tapi mereka sangat berbangga hati. Sebab, mereka telah berjuang. Tidak hanya diam dan meunggu "gong".

Buku ini juga mengajarkan pembaca, berbagai bentuk perjuangan yang dapat dilakukan oleh kelompok masyarakat yang tertindas ini. Secara umum, bentuk perjuangan yang dihadirkan yaitu secara terang-terangan dan melalui alat. Secara kasar dan halus. Secara terbuka dan tertutup. 

Bentuk perlawanan ini dilakukan oleh dua kelompok, yaitu orang terpelajar dan tidak terpelajar. Kelompok yang pertama pun dapat dipecah lagi, dengan cara elegan dan kasar. Sedang untuk kelompok yang kedua, pastilah kita tahu bagaimana cara yang ditempuh. Langsung berhadapan, menantang nyawa yang hanya satu.

Diceritakan bentuk perlawanan yang dilakukan kaum terpelajar adalah dengan cara menulis di media massa. Untuk meredakan emosi pembacanya, si pejuang menulisnya dengan bahasa orang penguasa dan dengan nama samaran sesuai ejaan sang penguasa pula. Ini dilakukan untuk mengambil hati sang penguasa, setelah hati didapat harapan si penulis adalah kesadaran sang penguasa terhadap penilaian orang yang dikuasai. 

Akhirnya, pada titik terendah si pejuang, ia disentil oleh salah seorang didekatnya. Dan berbeloklah bentuk tulisan dan bahasanya. Lebih kasar dan menyasar berbagai penjuru, menyasar penguasa dan yang dikuasai. Provokasi yang dilakukankannya membuahkan hasil, kelompok terjajah bergerak dengan berbagai kekuatan fisik yang meskipun tidak sebanding. Tapi mereka melawan. 

Pertanyaan yang muncul, pihak penguasa masuk dalam kaum yang mana? tentu kaum terpelajar, jawabnya. Bagaimana bentuk perjuangan mereka untuk melegalkan (memepertahankan) kuasanya atas jajahannya? jawabnya tentunya dengan cara terpelajar. Dengan menggunakan berbagai referensi yang mereka ciptakan dan terapkan sendiri.  Yang tentunya berpihak kepada yang membuat. 

Melalui berbagai peraturan dan berbagai data yang tentunya memberi kesempatan seluas-luasnya serta sebesar-besarnya untuk tetap menancapkan kuku-kuku mereka di negeri jajahannya, sekalian yang empunya negeri ini. Dari sini kita bisa melihat upaya memanipulasi data dan fakta, ternyata sudah ada sejak dahulu kala.

Karya penulis juga memberikan pandangan, bahwa definisi umum, pendapat umum, pembenaran umum, belum tentu benar. Kita harus yakin bahwa yang kita lakukan adalah benar adanya. Meskipun itu melawan konsensus. Akhirnya, kebenaran tentang suatu tindakan akan muncul dengan sendiriny. Akan berdiri tegak dengan gagahnya. 

Penulis juga menceritakan, bahwa keitka seseorang membutuhkan bantuan orang lain, sedang yang dimintai bantuan tidak bisa membantu. Meskipun dengan alasan yang logis dan nyata. Dan pihak yang meminta bantuan tetap akan tidak percaya. Tetap akan berpikir negatif. Tetap berpikir sebaliknya. Dengan berbagai alasan yang logis pula tentunya,

Sumber.
Hari ini.
Jam sekarang.
Detik saat ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlatih Berbahasa#2

Paragraf argumentasi adalah sebuah tulisan atau paragraph yang berisi mengenai alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendiria...